Jumat, 28 September 2012

TEORI SASTRA INDONESIA

Apa itu sastra ?

1. Sastra ialah teks
2. Sastra ialah fiksioanal
3. Sastra ialah rekaan
4. Sastra ialah istimewa
5. Sastra ialah interpretasi
6. Sastra nonfiksi naratif ( gayanya )

Sifat Karya Sastra

- Khayali
- Tidak bisa di buktikan kenyataanya
- Mengandung ketaksaan bahasa
- Hasil ekspresi
- Penuh kekuatan emosi

Fungsi Sastra

- Kesadaran kebenaran hidup
- pengetahuan dan pemahaman
- kegembiraaan
- Kebenaran hakiki
- Tidak mengenal batas bangsa
- Naluri keindahan
- Memberikan Penghayatan
- Membudayakan manusia

  • Sastra Mempunyai 3 Unsur :
1. Estetika ( keindahan )  
2. Etika ( Peraturan )
3. Didaktika ( Pendidikan )

  • 3 Genre Sastra :
1. Puisi
2. Prosa
3. Drama

 
Definisi Sastra Secara Historik

1. Sastra merupakan sebuah ciptaan, kreasi, bukan sebuah imitasi. Sastra sebuah luapan emosi yang spontan.
2. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada sesuatu yang lain. Filsuf Perancis Satre menuliskan bahwa " Kata-kata dalam puisi tidak merupakan tanda-tanda, melainka benda-benda".
3. Sastra bersifat otonom yang bercirikan kohersi yang berarti keselarasan antara bentuk dan isi.
4. Sastra menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan.
5. Sastra mengungkapkan yang tak terungkap.


Apresiasi Drama

Pengertian Drama
Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia ( KBBI ) drama memiliki beberapa pengertian. pertama, drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku ( akting ) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Ketiga, kejadian yang menyedihkan.
Pengertian lain drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan dipentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu ( dekor,kostum,rias,lampu,musik), serta disaksikan oleh penonton.
Ada sejumlah istilah yang memiliki kedekatan makna dengan drama,yaitu :
  1. Sandiwara. istilah ini diciptakan oleh mangkunegara VII, berasal dari kata bahasa jawa shandi yang berarti rahasia, dan warah yang berarti pengajaran. Oleh Ki Hajar Dewantara, istilah sandiwara diartikan sebagai pengajaran yang dilakukan dengan perlambang, secara tidak langsung.
  2. Lakon. Istilah ini memiliki beberapa kemungkinan arti, yaitu (1) cerita yang dimainkan dalam drama,wayang,atau film (2) karangan yang berupa cerita sandiwara, dan (3) perbuatan,kajadian,peristiwa.
  3. Tonil. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda toneel, yang artinya pertunjukan. Istilah ini populer pada masa penjajahan Belanda.
  4. Teater. Istilah ini berasal dari kata yunani theatron, yang artinya sebenarnya adalah dengan takjub memandang,melihat. Pengertian teater adalah (1) gedung pertunjukan, (2) suatu bentuk pengucapan seni yang penyampaiannya dilakukan dengan dipertunjukan di depan umum.
  5. Pentas. Pengertian sebenarnya adalah lantai yang agak tinggi, panggung, tempat pertunjukan,podium,mimbar,tribun.
  6. Sendratari. Kepanjangan akronim ini adalah seni drama dan tari, artinya pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang penari dan mengisahkan suatu cerita dengan tanpa menggunakan percakapan.
  7. Opera. Artinya drama musik, drama yang menonjolkan nyanyian dan musik.
  8. Operet. opera kecil, singkat, dan pendek.
  9. Tablo. yaitu drama yang menampilkan kisah dengan sikap dan posisi pemain, dibantu oleh pencerita. pemain-pemain tablo tidak berdialog.

Bentuk-Bentuk Drama

1.Berdasarkan bentuk sastra cakapnya,drama dibendakan menjadi dua
a. Drama Puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b. Drama Prosa, yaitu drama yang cakapannya  disusun dalam bentuk prosa.

2.Berdasarkan sajian isinya
a. Tragedi ( drama duka ), yaitu drma yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. keadaaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
b. Komedi ( drama ria ), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
c. Tragikomedi ( drama duka ria ), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

3.Berdasarkan kuantitas cakapannya
a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata.
b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit kata-kata.
c. Dialog monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.

Konsep Dasar Membaca


KONSEP DASAR MEMBACA
MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Membaca
Oleh :

Rani Juliani Putri         105030135
Santi Wulandari                       105030169
Fitri Roeri Zuliawati     105030187
Puspita Gita Purnama   105030149
Liani Suanti                 105030185








JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN  ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2010

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah  penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Membaca” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah membaca dijurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pasundan Bandung.
Dalam menyelesaikan makalah ini alhamdulillah penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena dalam proses  penyusunannya dikerjakan secara berkelompok sehingga sangat membantu dalam setiap menghadapi permasalahan. 
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menfasilitasi bahan pendukung dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini ada manfaatnya khususnya bagi penulis,umumnya bagi pembaca. Kritik dan saran sangat penulis nantikan demi perbaikan penyusunan makalah dalam masa mendatang.





Bandung, Oktober 2010



Penulis








 i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.……………………………………………….          i
DAFTAR ISI .…………………………….……………...………….           ii
BAB PENDAHULUAN  .………………………………….............           1
1.1         Latar Belakang Masalah.…………………………..…..........            1   
1.2         Rumusan Masalah....………………………………..……….            1       
1.3         Manfaat…………….………………………………..……….            1       
1.4         Tujuaan……………..………………………………..……….           1  

BAB II PEMBAHASAN….…………………………………..........            2  
BAB III PENUTUP………..………………………………………..           22      
3.1         Kesimpulan ………...………………………………………..            22
3.2         Saran………………...……………………………………….            22 

DAFTAR PUSTAKA……….…………………………………..           23      
 

BAB I  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
 Ada ungkapan  yang mengatakan bahwa buku adalah gudang ilmu, tentunya kita dapat menggali gudang ilmu dengan cara membaca. Bahkan di dalam keyakinan ajaran agama Islam, Allah menyampaikan ayat pertama kepada nabi Muhammad saw yaitu berisi suruhan untuk membaca. Hal ini menunjukan bahwa membaca merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang harus menjadi sebagai sebuah kebiasaan.
Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang tingkat atas  ada 4 keterampilan yang harus dikuasai siswa , yaitu keterampilan menyimak, menulis, mendengar dan membaca

1.2  Rumusan Masalah
 Dalam makalah ini penulis hanya akan memaparkan mengenai konsep dasar membaca yang meliputi:
1)        Bagaimana batasan pengertian membaca?
2)        Apa tujuan membaca?
3)        Apa saja aspek-aspek membaca?
4)        Bagaimana tahap-tahap pengembangan membaca?

1.3  Manfaat
 Makalah ini memaparkan tentang konsep dasar membaca,  yang diharapkan akan bermanfaat bagi penulis sebagai calon pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia yang tentunya harus menguasai materi membaca tersebut dan juga bagi para pembaca umumnya.

1.4    Tujuan
Pembuatan makalah ini mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
       1)  memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Membaca;
   2) sebagai bahan presentasi kelompok dalam mata kuliah Membaca;
   3) agar penulis khususnya dan para pembaca umumnya dapat memahami dan menguasai mengenai teori membaca.


BAB II PEMBAHASAN

Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Berikut ini akan di jelaskan apa sebenarnya pengertian istilah membaca,  tujuan yang terkandung dalam kegiatan membaca,  beserta jenis-jenisnya.
Pengertian  Batasan Membaca
Membaca adalah suatu proses yang di lakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata / bahasa tulis.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang  justru melibatkan penyandian.
Istilah-istilah linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah dimengerti kalau kita dapat memahami bahasa adalah sandi yang direncanakan untuk membawa / mengandung makna. Membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Bahkan ada pula beberapa penulis yang seolah-olah beranggapan bahwa “ membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik  ( phonics= suatuu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan berdasarkan iterprestasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi / menuju membaca lisan. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat , melihat pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis.
Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Menyimak dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca. Membaca lebih cepat kalau kita tahu bagaimana cara mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan kalau kita tidak tertegun-tegun melakukannya. Maka sangat penting sekali diingat agar setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jeda haruslah di jelaskan sebelum para pelajar di suruh membaca dalam hati ataupun membaca lisan, “membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tulisannya”.

Definisi Membaca
Banyak orang tidak suka akan definisi. Mereka, mungkin, beranggapan bahwa definisi itu menghambat. Definisi merupakan pembatas kebebasan berpikir karena segala sesuatau harus ada dalam definisi. Walau demikian, banyak pula orang memrlukan definisi karena dengan definisi segala sesuatu bias menjadi jelas dan orang bias bebas bergerak.
Di dalam subseksi A Modern Definition of Reading. Hafner (1974) menulis .. In his book The Art of Loving. Erich Fromm explains that there are different kinds of love and that these different kind of love can be defined in a number of ways. The theory of love affects the practice of love: one’s definition of love affect his general attitude toward love, the way he loves, and what purpose he loves.
Dijelaskan betapa pentingnya definisi itu. Cinta pun bermacam-macam, dan cinta yang bermacam-macam itu dapat didefinisikan secara berbeda-beda pula. Teori tentangcinta berpengaruh terhadap praktik cinta. Definisi cinta berpengaruh terhadap sikapumum twentang cint, cara bercinta, terhadap siapa dia mencintai, dan untuk apa dia bercinta itu.
Definisi seseorang tentang proses membaca mempengaruhi sikapnya membaca: cara dia membaca, apa yang hendak dibaca, dan untuk tujuan apa dia membaca.


Kebanyakan ahli beranggapan bahwa membaca itu merupakan suatu proses yang kompleks yang meliputi pemahaman makna, interpretasi makna, reaksi pebaca, serta penerapannya terhadap kehidupan. Selanjutnya, dikatakan bahwa membaca itu merupakan proses yang aktif yang meminta setiap orang mengerti akan makna, dan membawa setiap idenya ke halaman yang bercetakan. Dengan demikian, setiap lambang akan memberi makna secara cepat sesuai dengan pola penulisan dan pengalaman serta inteligensi dan kebiasaan pebaca.
Jadi, jelaslah bagi kita definisi itu perlu. Dengan definisi itu, arti membaca ada dalam suatu batasan tertentuyang pasti maknanya. Arti membaca yang lain tidak menjadi perhatian dalam penulisan yang sedang dihadapi. Bahwa dalam kegiatan, harus ada wacana tertulis yang sibaca. Tulisan merupakan hasil pekerjaan yang tidak terpisahkan dari kegiatan membaca.

Baik membaca maupun menulis merupakan kegiatan komunikatif yang harus jelas definisinya.
Membaca merupakan perkara yang sangat perlu. Tiada seorang cendikiawan pun sanggup menyanggah pernyataan tersebut. Farr (1984), seorang pakar pendidikan menyatakan …reading is the heart of education yang berarti membaca adalah jantung pendidikan. Kalau mau terdidik, orang harus membaca. Tidak ada orang terdidik tanpa membaca.
Komponen membaca ada dua yang sangat penting ialah proses dan produk. Membaca merupakan suati proses yang tidak sukar untuk dipahami. Burns. Roe, &  Ross (1988) menjelskan delapan macam proses membaca, sedangkan Otto, Chester, McNeil,& Myers menerangkan adanya lima membaca. Arti kata ‘proses’ di dalam kamus membaca a dictionary of Reading and Related Terms, ialah a specific, continuous action, operation, or change as the reading process (Harris. Hodges: 1981).
Membaca merupakan suatu produk. Kalau kegiatan membaca tidak memberikan suatu produk, maka kegiatan itu tidak lebih dari melihat-lihat huruf yang tidak bermakna. Supaya terpahami, bacaan itu harus ditulis dengan bahasa yang dimengerti oleh pebaca. Bahasa yang diketahui artinya oleh pebaca pemula ialah bahasa ibu, oleh karena itu bahan bacaan yang baik ditulis dalam bahasa ibu pebaca.


1.Berbagai Definisi Pembaca
(Ahmad slamet dan Vismaia 2003:1-33)
Upaya untuk membuat definisi membaca itu sudah banyak pula macamnya. Ada dua perkara yang sebaiknya dipenuhi oleh suatu definisi, pertama, yaitu definisi yang berupa pertanyaan dari suatu kategori dalam konsep tertentu, dan kedua ialah definisi yang berupa pertanyaan dari satu atau lebih karakteristik suatu konsep yangb membedakan konsep itu dari konsep yang lain.
Membaca ialah memberi makna terhadap bahan tulis. Kegiatan yang paling mendasar dari proses membaca ialah membuat pengertian. Maksudnya ialah memperoleh dan menciptakan gagasan, informasi, serta imaji mental dari segala sesuatu yang dicetak.
Memberi makna itu sering disebut ‘memahami’. Supaya dapat memahami, kita harus menjalani berbagai proses yang sering sekali berlangsung secara simultan.
Membaca tidak hanya berarti dapat menyebuti hal-hal tercetak, tetapi juga harus mampu memahami bahasa dalam segala bentuknya.
Kegiatan membaca tidak dapat tergantikan secara menyeluruh oleh media komunikasi dalam masyarakat kita. Ini menyebabkan semua bahan cetakan, seperti buku, majalah, surat kabar, makalah, harus diubah menjadi bentuk media yang lain, padahal kegiatan membaca dalam masyarakat memiliki fungsi yang sangat penting. Keadaan seperti itu akan dapat kita terima jika informasi baru tidak boleh direkam bentuk tercetak.
Membaca itu adalah satu-satunya alat komunikasi yang memungkinkan penerima berita itu dalam keadaan komunikatif sepenuhnya. Komunikasi itu dapat bermula dan berakhir berdasarkan keinginan pembaca.
Membaca merupakan istilah yang merujuk pada interaksi yang terlihat dari adanya kegiatan megekode makna ke dalam rangsangan yang tampak yang dilakukan oleh pengarang menjadi makna dalam ingatan pebaca. Interaksi itu selamanya meliputi tiga unsure : 1.materi yang dibaca, 2. pengetahuan yang dimiliki pebaca, dan 3. aktivitas psikologi dan intelektual.
Membaca berkuaivalen dengan proses mendengar ke percakapan seseorang dan dengan rekontuksi ide dari berbagai pola bunyi. Belajar membaca berkembang dari belajar dan memahami bahasa. Membaca dengan baik merupakan penerapan strategi berpikir yang ada ke ide-ide tertulis. Penggunaan proses belajar kognitif merupakan bagian-bagian yang integral pada setiap program untuk mengembangkan proses membaca.
Segala sesuatu yang tersusun menjadi proses membaca berpengaruh terhadap program pengajaran. Pengajaran membaca dan membaca haruslah dipisahkan secara konseptual. Pertanyaan pengajaran membaca yang seyogianya disampaikan guru bukanlah ‘Bagaimana saya dapat mengarjakan membaca?’ melainkan ‘Bagaimana saya dengan sabaik-baiknya meningkatkan pembelajaran membaca?’15
Anak yang mempunyai masalah membaca tidak dapat diharapkan maju dalam kemampuan membacanya jika pengajaran membaca yang diberikan kepadanya tidak cukup baik.
Membaca rekreatif merupakan tujuan lain yang hendak dicapai dalam kemampuan membaca. Rupley, Blair, dan Heilman (1986) tidak membuat definisi membaca yang jelas mengenai membaca. Mereka berkata   Meski demikian, mereka membuat pertanyaan sebagai berikut.
1.    membaca itu berinteraksi dengan bahasa yang telah dikode ke dalam cetakan.
2.    membaca itu merupakan proses yang aktif langsung dipengaruhi oleh interaksi individual dengan lingkungannya.
3.    kemampuan membaca itu sangat dekat hubungannya denhgan kemampuan berbahasa lisan.
4.    hasil interaksi dengan bahasa yang tercetak haruslah pemahaman.

Meski tidak membuat definisi yang jelas, dua pernyataan mereka sangat penting. Kedua pernyataan mereka itu ialah ‘dekoding’ dan ‘sampainya mereka pada makna’. Makna yang diperoleh dari kegiatan membaca mempunyai hubungan dengan pengalaman. Interaksi dengan lingkungan yang dialami pebaca memperluas latar belakang dan dengan meningkatkan kemampuan pemahamannya meningkat.
Berdasarkan tradisi, membaca itu dapat dilukiskan sebagai deretan kompetensi atau keterampilan yang harus dikuasai. Dalam ejaan Indonesia, dapat diasumsikan bahwa bagian trkecil dari membaca ialah huruf abjad yang diasosiasikan dengan bunyi.
Membaca itu merupakan interaksi yang simultan dari berbagai informasi. Membaca merupakan aktivitas pemberian dan penerimaan berita. Membaca bukanlah kegiatan yang hanya dilakukan di sekolah serta bersifat mana suku dan merupakan proses misterius.

Definisi membaca seperti ini sengat khas, yang berkembang di sekitar tahun 60-an dan 70-an. Pada awal tahun 70-an definisi membaca bergerak kea rah operasionalisme.

Pembaca yang efektif adalah pebaca yang bisa membuat parafrasa yang baik,membuat ringkasan yang singkat, mengambil kesimpulan dengan baik, megemukakan logi-ka secara luas, megidentifikasi hubungan sebab akibat.
Membaca merupakan proses, membaca itu bersifat strategis, membaca itu bersifat interaktif, dan pengajaran membaca menghendaki suatu teknik.
Pebaca yang efektif menggunakan strategi membaca yang cocok dengan teks dan dengan konteks hingga terjadilah makna ketika membaca.. strategi ini bermacam-macam bergantung pada tipe teks, tujuan membaca, dan sebagainya. Salah satu aspek yang penting dari semua strategi membaca ialah kemampuan memantau proses membaca. Semua pebaca yang efektif memikirkan pemikirannya sendiri yang lazim disebut metacognition.Selain sebagai proses,membaca pun merupakan strategi.Reading Is Strategic,kata mereka.Pembaca yang efektif menggunakan strategi membaca yang cocok dengan teks dan dengan konteks hingga terjadilah makna ketika membaca.Strategi ini bermacam-macam bergantung pada tipe teks,tujuan membaca, dan sebagainya.Salah satu aspek yang penting dari semua strategi dari semua strategi membaca ialah kemampuan memantau proses membaca.Semua pembaca yang efektif memikirkan pemikirannya sendiri yang lazim disebut Metacognition.
Selain itu mereka juga berpendapat Reading Is Interactif.Pembaca harus merasa nyaman, dan harus membaca teks yang dirasakan berguna baginya, yang memberinya tujuan tertentu.

2.Definisi Pengajaran Membaca
Anderson,Hiebert,Scott, & Wilkinson (1985) berpendapat bahwa Reading Intruction Requires Orchestration.Bagi mereka, membaca bagaikan orkes.Pengajaran membaca yang efektif itu akan secara langsung menolong pembaca melakukan hal-hal,Seperti yang berikut:
1.       Pembelajar akan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan       kemampuan yang ada pada proses membaca
2.         Pembelajar akan mengembangkan keterampilan untuk memproses struktur bahasa dan untuk memperoleh arti bahasa yang digunakan dalam teks
3.         Pembelajar akan menghaluskan proses mental dan strategi yang digunakan dalam proses membaca.


3.Definisi membaca dan implikasi pembelajarannya
Setiap definisi membaca ada implikasinya.Kita dapat memperkirakan bahwa anak yang belajar Jennings mungkin berjalan-jalan di hutan, menemukan alam yang sedang bekerja,dan berbicara tentang pengalamannya.Lain halnya kelas yang dipimpin oleh Flesh dan Fries.Kelas mereka akan penuh dengan bahan fonik.Kelas goodman mungkin terlibat dalam kegiatan membaca dulu dalam bahasa pebelajar.Seperti Goodman juga mungkin mengalami kejadian itu secara bersama-sama.

Membaca sebagai interpretasi pengalaman
 (Definisi Membaca Golongan Pertama)
Frenk Jennings(1965)
Membaca bermula dari rasa kagum terhadap alam sekitar.Awalnya berupa pengenalan terhadap berbagai kejadian yang datang berulang-ulang seperti halilintar yang menggelegar, kilat yang menyilaukan,dan hujan lebat yang membasahi bumi.Awal membaca ialah perkenalan dengan musim dan pertumbuhan berbagai benda hidup.

Membaca sebagai interprasi lambing grafis
 (definisi membaca golongan kedua)
Rudolf Flesh(1955)
Membaca berarti memperoleh makna dari untaian huruf tertentu.
Charles Fries(1962)
Belajar membaca itu,oleh karenanya.berarti mengembangkan respons yang sudah menjadi kebiasaan,serta yang banyak jumlahnya itu,terdapat bentuk-bentuk grafis yang mempunyai pola yang khas.

Membaca sebagai kombinasi definisi 1 dan 2
 (Definisi Membaca Golongan Ketiga)
Ernest Horn(1937)
Membaca itu meliputi semua proses yang terlibat dalam pendekatan,penyempurnaan,dan pemeliharaan makna melalui pemakaian lembaran tercetak.

David Russell(1960)
Membaca itu merupakan kegiatan yang rumit dan kompleks.
Miles Tinker & Constance Mc Cullough(1962)
Membaca meliputi pengenalan lambang yang tertulis atau tercetak yang berperan sebagai perangsang terhadap pengingatan kembali makna yang disusun melalui pengalamn yang lalu.dan penyusunan makna baru melalui manipulasi konsep yang telah dimiliki oleh pebaca.
Carroll (1978) mencatat bahwa banyak sekali definisi yang sarat makna yang dibuat oleh para ahli. Definisi itu merupakan pernyataan hipotetis tentang yang dimaksud dengan membaca. Maksudnya tentang membaca itu tidak netral tetapi pasti. Oleh karena itu, pebaca harus sadar dalam memahami makna definisi tersebut.

Definisi membaca sebagai suatu proses
Plato berpendapat bahwa membaca itu merupakan suatu kegiatan membedakan huruf dengan mata dan telinga agar tidak dibingungkan oleh posisinya nanti jika tampak dalam bentuk tulisan atau terdengar dalam bentuk lisan.
Flesch (1955) berkata agar setiap huruf itu diajarkan kepada anak supaya anak dapat membaca.
Korzybski 91941) berpendapat bahwa itu merupakan rekonstruksi kejadian di belakang lambangnya.
Goodman (1968) memandang membaca sebagai interaksi antara pebaca dan bahasa yang tertulisdan pebaca mencoba merekonstruksi berita dan penulis.
Gephart (1970) membaca itu merupakan interaksi makna yang dienkode dalam stimuli yang visual menjadi makna dalam pikiran pebaca. Interaksi itu selalu meliputi tiga segi: 1.materi yang akan dibaca; 2.pengetahuan yang dimiliki oleh pebaca; dan 3.kegiatan psikologis dan intelektual.
Richards (1935) memparafrasekan membaca yang baik itu tidak hanya meliputi pengertian literal tetapi juga perasaan, maksud, dan sikap terhadap subjeknya, pebacanya , dan terhadap dirinya sendiri.
Farnham (1905) membaca itu pertama-tama terdiri atas perolehan pikiran pengarang dari bahasa yang tertulis atau tercetak; kedua ialah pemberian ekspresi lisan
terhadap pikiran tersebut dalam bahasa pengarang sehingga pikiran yang sama dapat disampaikan kepada pendengar.

4.Definisi literasi
Literasi itu berarti proses membaca dan menulis.Sejak tahun 1970-an telah dikembangkan definisi literasi.Sekarang literasi meliputi kemapanan:
1.membaca kata-kata yang tercetak;
2.berbicara dengan jelas,ringkas,dan meyakinkan;
3.menulis dengan mudah dan menyenangkan
4.menyampaikan ide-ide yang esensial melalui kata-kata tertulis
5.memahami pesan lisan,mengikuti tuturan yang telah ditetapkan dan makna yang dinyatakan tidak secara langsung yang dicerminkan dalam pilihan kata.struktur kalimat,serta pola tekanan dan pola jungtur ujaran;
6.menemukan kepuasan,tujuan dan perolehan melalui berbagai kegiatan literasi.
Dalam membaca, sedikitnya ada enam kata yang harus dikenal ialah,’literasi’,’iliterasi’,’aliterasi’,’literat’,’iliterat’,dan ‘aliterat’.literasi ialah kemampuan membaca.yang kedua,iliterasi,berarti ketidakmampuan membaca.Kata yang ketiga,aliterasi,berarti kekurangan sikap membaca.Kata keempat literat,adalah bentuk adjektiva yang berarti dapat menulis dan membaca dalam suatu bahasa.Kata kelima iliterat adalah bentuk adjektiva yang berarti tidak bisa membaca.Kata terakhir,ialah aliterat merupakan bentuk adjektiva kata aliterasi
Sumber lain menyebutkan, Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa.
Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca.

Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri. Banyak pendidik membaca telah lama percaya terhadap metodologi untuk mengembangkan kemampuan membaca membaca, menulis. Mewicara, dan mendengar itu dalam suatu konser. Namun, saying dalam dasawarsa yang telah lalu, tidak banyak yang mendukung literasi yang terintegrasi dan pendekatannya yang luas. Selama bertahun-tahun paradigma operasional yang dominan mendekati pengajaran membaca itu sebagai perangkat keterampilan yang diskret. Sekarang kegiatan membaca tidak lagi tampak sebagai suatu body of skills dan proses yang berbeda dari ranah literasi yang lain. Yang dahulu merupakan pandangan minoritas sekarang menjadi mayoritas. Pengenalan yang lebih luas mengenai keterkaitan keterampilan bahasa tidak menghalangi pola pengajaran yang mengenai keterampilan dan proses membaca.

Kita mengenal ‘literasi kultural’ dan ‘literasi bahasa.’ Sejak pertengahan tahun 1970-an, definisi literasi itu terus meluas. Seseorang yang ‘literat’ tidak hanya memiliki dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berbicara dan berpikir, tetapi juga berpartisipasi dalam budaya negeri itu dan melebur dalam semua proses dan bentuk, tujuan, dan penggunaan bahasa.
Definisi literasi yang lebih luas ini, telah diterjemahkan dalam berbagai pendekatan mengajarkan membaca. Sekarang, litersi penuh mengharapkan baik keterampilan perkembangan maupun penggunaan secara efektif keterampilan itu dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang literat tidak hanya meguasai keterampilan dan proses penguasaan bahasa dan pemakaiannya. Orang-orang yang literat juga dapat dan bisa menggunakan kemampuan untuk memperoleh dan menyatukan struktur pengetahuan tentang dunia dalam kehidupan sehari-hari. Orang literat dapat memberikan andil pengetahuan budayanya. Berarti bahwa orang yang benar-benar literat menyadari orang-orang serta kejadian yang membangun kualitas hidup kita berdasarkan jalan-jalan yang jelas. Orang-orang literat memproses pengetahuan yang diandalkan itu melalui bahasa. kita sering tidak mampu membedakan reaksi kemampuan perorangan menggunakan bahasa itu seefektif-efektifnya.
Riset dalam psikologi perkembangan yang mutahir secra ironis menunjukan bahwa ketika masuk sekolah kebanyakan anak telah menguasai kosakata secara luas dan mampu mengekspresikan dirinya dengan menggunakan pola kalimat yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kita sebagai guru dituntut mampu mengetahui secara jelas seorang anak benar-benar literat.
Kemampuan menggunakan bentuk bahasa lisan merupakan dasar bagi kegiatan membaca. Bahasa lisan membentuk perkembangan kemampuan membaca, yang membuat bahasa lisan sangat penting bagi guru membaca. Dengan demikian, akar kegiatan membaca ialah  bahasa lisan. Perkembanagan dan pemeliharaan literasi ditekankan melalui membaca dan membaca merupakan komponen kunci untuk setiap definisi literasi.
Orang yang literat harus dapat menulis dengan mudah. Kemampuan berkomunikasi melalui tulisan merupakan kebutuhan masyarakat masa kontemporer. Hubungan yang jelas antara menulis dan membaca telah dinyatakan oleh sejumlah orang yang berwewenang seperti Klien (1985), Loban (1976), Mosenthal, tamor,& Walmsley (1983). Pebelajar yang menulis dengan baik cenderung merupakan penulis yang baik.

Guru perlu mengetahui bahwa banyak pengetahuan dan banyak keterampilan yang diperlukan oleh literasi bergantung pada pengalaman dan ada di luar lingkungan sekolah dan jauh di luar jangkauan guru.
Anak mempunyai kesempatan banyak untuk literasi dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang tidak bersejarah dan tidak tergabung dalam pengalaman tentang literasi. Bagi guru, semua perbedaan pebelajar itu merupakan rangsangan.
Perhatian selalu tumbuh untuk mengembangkan literasi pada tingkat nasional dan internasional (Carroll & Chall 1977; Downing 1978). Pada tahapan yang awal sekali, berdasarkan sejarah, literasi itu dihidupkan dalam masyarakat untuk keperluan pengajaran membaca kitab suci. Literasi tingkat rendah dilakukan pada rakyat kecil dan literasi tingkat tinggi untuk masyarakat tinggi. Upaya masa kini, mengembangkan literasi untuk seluruh masyarakat umum, merupakan temuan baru seperti yang dicontohkan oleh masyarakat yang telah maju seperti Amerika Serikat (Allen 1970).
Manfaat membaca
Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
1.    Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan.
2.    Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja.
3.    Dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.
4.    Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
5.    Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
6.    Dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana.
7.    Dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup.
8.    Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.
9.    Dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).
Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.

Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencangkup atau melibatkan serangkaian  keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.
Dengan perkataan lain, keteranpilan membaca mencangkup tiga komponen, yaitu:
a.         Pengenalan terhadap aksara tanda-tanda baca;
b.         Korelasi aksara beserta tansa-tanda baca dengan unsur-unsur linguistic yang formal;
c.         Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.
Keterampilan A merupakan suatu kemampuam untuk mengenal bentuk-bentuk yang di sesuaikan dengan mode yang berupa gambar, lengkungan-lengkungan, garis-garis dan titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi.
Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas-yaitu ganbar-gambar pola dengan bahasa. Tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memproleh serta memahami bahasa. Hubungan-hubungan itu jelas sekali terlihat terjadi antara unsure-unsur dari pola-pola tersebut. Unsur-unsur  itu dapat merupakan kelompok-kelompok bunyi kompleks yang dapat di sebut sebagai “ kata “ atau “ frase” atau “ kalimat “, bahkan “ paragraph “, “ bab “, maupun “ buku” atau dapat pula berupa unsur yang paling dasar, yaitu bunyi-bunyi tunggal yang di sebut “fonem”.

Aspek-aspek membaca
Secara garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu:
I.Keterampilan yang bersifat ( mechanical skills ) yang dapat di anggap berada pada urutan yang lebih rendah ( lower order ). Aspek ini mecangkup :
A.pengenalan bentuk huruf.
B. pengenalan unsur-unsur linguistic ( fonem/grafem,kata,frase,pola klause,kalimat,dan lain-lain.
C. pengenalan hubungan/ korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan  bahan tertulis atau “ to bark at print “ ).
D. kecepatan membaca bertaraf lambat.

II. Keterampilan yang bersipat pemahaman  ( comperehesion skills ) yang dapat di anggap berada pada urutan yang lebih tinggi ( higher order). Aspek ini mencangkup :
a.         memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
b.        memahami signifikansi atau makna (a.1. maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
c.       Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
d.         Kecepatan membaca yang fleksibel , yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
(Brougton [et al] 1978:211)
Untuk mencapai tujuan yang yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skills) tersebut maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara (atau reading aloud; oralreading). Dan untuk keterampilan pemahaman (comprehension skills) maka yang paling tepat adalah denganmembaca dalam hati (atau silent reading), yang dapat pula dibagi atas:
a.    membaca ekstensif (extensive reading).
b.    Membaca intensif (intensive reading).
Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup pula:
i.      membaca survei (survey reading).
ii.    membaca sekilas (skimming reading) dan
iii.membaca dangkal (superficial reading).
Sedangkan membaca intensif dapat pula dibagi atas:
i.                membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula:
1.         membaca teliti (close reading)
2.         membaca pemahaman (comprehensive reading)
3.         membaca kritis (critical reading)
4.         membaca ide (reading for ideas)
ii.              membaca telaah bahasa (language studyreading), yang mencakup pula:
1.      membaca bahasa asing (foreign language reading).
2.      membaca sastra (literary reading).

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai aspek-aspek serta jenis-jenis membaca yang telah disinggung diatas perhatikanlah skema-skema berikut ini.

SKEMA 1
Aspek-aspek membaca :
1.            Keterampilan mekanis ( urutan lebih rendah )
-     Pengenalan bentuk huruf
-    Pengenalan unsure-unsur linguistil
-    Pengenalan hubungan bunyi dan huruf
-    Kecepatan membaca: Lambat
2.            Keterampilan pemahaman ( urutan lebih tinggi )
-    Pemahaman pengertian sederhana
-    Pemahaman signifikasi/makna
-    Evaluasi/ penilaian isi dan bentuk
-    Kecepatan membaca : Fleksibel
SKEMA 2
Membaca :
1.            Membaca nyaring
2.            Membaca dalam hati :
-    Membaca ekstensif  :   - Membaca survey
- Membaca sekilas
- Membaca dangkal
- Membaca intensif :     
- Membaca telaah isi :         - Membaca teliti
- Membaca pemahaman
- Membaca kritis
- Membaca ide-ide
- Membaca telaah bahasa :   - Membaca bahasa
 - Membaca sastra


Mengembangkan Ketrampilan Membaca
Setiap guru bahasa haruslah dapat membantu serta membimbing para pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan membaca itu antara lain:
I.          Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka dengan jalan:
a.    memperkenalkan sinonim kata-kata, antonym kata-kata, paraphrase, kata-kata yang berdasar sama
b.    memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan, sisipan, dan akhiran.
c.    mengira-ngira atau mereka makna kata-kata dari konteks atau hubungan kalimat.
d.    kalau perlu, menjelaskan arti sesuatu kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau bahasa ibu pelajar.
II.       Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan  sebagainya dengan cara-cara yang telah dikemukakan di atas, disertai latihan seperlunya.
III.      Kalau perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan,papatah,peribahasa,dan lain-lain dalam bahasa daerah atau bahasa ibu para pelajar.
IV.    Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar dengan berbagai cara.
V.                 Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar, dengan cara sebagai berikut:
a.    kalau para pelajar disuruh membaca dalam hati, ukurlah waktu membaca tersebut.
b.    haruslah diusahakan agar waktu tersebut bertambah singkat serta efisien secara teratur sepanjang tahun.
c.    haruslah dihindarkan gerakan-gerakan bibir pada saat membaca dalam hati, hal itu tidak baik dan tidak perlu dilakukan oleh pelajar.
d.    haruslah dijelaskan tujuan khusu, tujuan tertentu membaca itu kepada pelajar.
Singkatnya , dalam mengembangkan serta meningkatkan keterampilan membaca para pelajar maka sang guru mempunyai tanggung jawab berat, paling sedikit meliputi enam hal utama yaitu:

a.     memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka akan memahami keadaan dan seluk-beluk kebudayaan.
b.    mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna-makna kata-kata baru.
c.     mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau symbol.
d.    membantu para pelajar memahami struktur-struktur (termasuk struktur kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi npara pelajar bahasa).
e.     mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman (comprehension skills) kepada para pelajar.
f.     membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca.
Untuk menjaga agar motivasi atau dorongan membaca selalu besar, maka pengajaran yang dilakukan oleh sang guru hendaknya berjalan dalam dua arus sejajar:
Pertama : guru membantu para pelajar membaca bahan-bahan yang menarik serta bermanfaat secepat mungkin.
Kedua : guru secara sistematis mengajarkan korespondensi atau hubungan-hubungan bunyi dan lambang yang diperlukan oleh para pelajar untuk memahami serta mendorong mereka membaca sendiri. Agar seimbang dan tidak berat sebelah, maka hendaklah lebihbanyak waktu dipergunakan untuk membaca secara actual bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat kematangan para pelajar dari pada untuk/ mengenai perkembangan sistematis korespondensi-korespondensi tersebut. (Finocchiaro and Bonomo 1973 : 121).
Bahwa tugas seorang guru bahasa tidaklah begitu ringan. Untuk dituntut sejumlah kualifikasi atau kecakapan tertentu.
Dalam khusus bagi guru bahasa (asing) yang mengajar di sekolah menengah/lanjutan dalam mata pelajaran membaca dituntut kualifikasi sebagai berikut:
Minimal           : Kemampuan memahami secara langsung (yaitu tanpa terjemahan) makna/isi     prosa sederhana yang non-teknis, kecuali kata yang sulit dan jarang digunakan.
Baik                 : Kemampuan membaca dengan pemahaman yang langsung terhadap prosa dan puisi yang taraf kesukarannya sedang dan isi yang matang.
Baik sekali       : Kemamapuan membaca hampir semudah dalam bahasa ibu sendiri, bahan-bahan yang amat sulit seperti esei dan kritik sastra. (Finocchiaro and Bonomo 1973 : 28; Lado 1976 : 231).

Walaupun tuntutan kualifikasi di atas ditujukan bagi para pengajar bahasa asing, tetapi berlaku juga bagi para guru bahasa Indonesia, dengan kata lain dapat dipergunakan oleh para guru Bahasa Indonesia dengan penyesuaian seperlunya.


Tahap-Tahap Perkembangan Membaca
Tahap-tahap dalam pengajaran dan pelajaran membaca.
Berikut ini kita kemukakan beberapa tahap yang dapat diikuti bila perlu dan situasi serta kondisi memungkinkan.


Tahap I
Para pelajar disuruh membaca bahan yang telah mereka pelajari megucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkin telah mereka ingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupa suatu percakapan , suatu nyanyian, serangkaian kalimat tindakan, suatau cerita sederhanamengenai hal-hal yang telah di alami. Para pelajar haruslah dibimbing untuk mengembangkan/meningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis terhadap gambaran-gambaran huruf yang akan mereka lihat pada halaman cetakan.mereka haruslah benar-benar serta memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili atau menggambarka bunyi-bunyi.
Tahap II
Guru atau kelompok guru bahasa asing pada sekolah yang bersangkutan menyusun kata-kata serta struktur-struktur yang telah diketahui tersebut menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam, para pelajar dibimbing serta dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang mengandung unsure-unsur yang sudah biasa bagi mereka.
Tahap III
Para pelajar mulaimembaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa bagi mereka. Beberapa percobaan informal telah menunjukan bahwa para
pelajar mengalami sedikit bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali menghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga pulih kata biasa.
Tahap IV
Beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan pada tahap ini. Tetapi sejumlah ahli yang menolak anjura tersebut, walau demikian masih
terdapat buku-buku yang telah disederhanakan yang sangat baik, yang dapat dimanfaatkan oleh para pelajar yang belum begitu mamapu membaca buku-buku aslinya dan yang tidak akan pernah mampu mencapai taraf itu.

Tahap V
Bahan bacaan tidak dibatasi.seluruh dunia buku terbuka bagi para pelajar. Tetapi yang sering dipertanyakan adalah: bilakah gerangan para pelajar mencapai keterampilan-keterampilan yang dituntut oleh tahap V ini? Sudah barang tertentu ada beberapa orang yang tidak akan pernah mencapainya kalau bukan di dalam bahasa ibunya sendiri. Beberapa di antaranya mungkin mencapai keterampilan-keterampilan tersebut sudah melewati program 6 tahun.
(Finocchiaro and Bonomo 1973 : 123-125).
Pelajaran membaca hendaklah dilaksanakan secara intensif, yaitu mengarahkan perhatian para pelajar k hampir setiap struktur tata bahasa,kata atau fakta kebudayaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Setelah kira-kira sebulan lamanya mempraktekkan membaca intensif, maka guru pun dapat memperkenalkan prosedur membaca ekstensif.
Sang guru dapat melaksanakan membaca secara intensif itu dalam satu atau dua minggu dan membaca secara ekstensif dalam minggu lainnya, melaksanakan kedua jenis membaca tersebut dalam satu pelajaran.
Dalam mengajarkan membaca pada tahap III dantahap IV,sang guru akan melihat berapa perlunya untuk:
1.    membagi bacaan buat hari itu menjadi dua atau tiga seksi agar dia dapat menyelang-nyeling teknik mengajar.
2.    memberi motivasi terhadap bacaan,dengan jalan menghubungkan bahan bacaan dengan pengalaman-pengalaman pribadi pelajar, atau kalau bacaan itu adalah bagian dari suatu cerita yang panjang tersebut dengan jalan memberikan suatu rangkuma.
3.    menyatakan maksud dan tujuan membaca itu.
4.    menjelaskan sertiap kesukaran dalam bagian pertama.
5.    membaca paragraf .setelah segala kesukaran dijelaskan, maka sang guru dapat melakukan beberapa hal.dia dapat mempergunakan Teknik A atau dapat pula menggunakan Teknik B untuk tiga bagian atau mempergunakan ABA ataupun BAB.

Teknik A
Bacalah setiap baris dengan nyaring, dalam kelompok-kelompok pikiran normal yang logis dan wajar. Ajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana pada setiap baris.

Teknik B
Bacalah seluruh bagian itu dengan nyaring, kemudian suruh para pelajar membacanya di dalam hati. Setelah para pelajar selesai membacanya, ajukan beberapa pertanyaan atau suruh mereka menyelesaikan/menyempurnakan kalimat-kalimat yang telah ditulis di papan tulis atau suruh mereka membuat sebuah rangkuman.
6.menghasilkan sebuah rangkuman yang lengkap dari bacaan pada hari itu.
7.melibatkan seluruh kelas dalam kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan.
8.memberi tugas membaca paragraf di rumah sebagai bahan studi mereka.
(Finocchiaro and Bonomo 1973 : 125-127)


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan.Tidak hanya di lingkungan pendidikan tetapi juga di masyarakat luas,karena dengan membaca bisa pintar. Orang bisa membuka cakrawala sehingga menambah wawasan dalam hidupnya.

3.2 Saran
Sebagai bahan referensi dan materi membaca,perlu ditunjang buku-buku sumber yang baru dan lebih banyak sehingga penulis tidak kesulitan dalam mencari buku-buku yang dianjurkan.
      
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan,Henry Guntur.1978.Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Harajusana,Ahmad Slamet & vismaia.Membaca dalam Teori dan Praktek.Bandung:Mutiara
                        http://id.wikipedia.org/wiki/Membaca
                        http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/19/manfaat-membaca/