KONSEP
DASAR MEMBACA
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Membaca
Oleh
:
Rani
Juliani Putri 105030135
Santi
Wulandari 105030169
Fitri
Roeri Zuliawati 105030187
Puspita
Gita Purnama 105030149
Liani
Suanti 105030185
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2010
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah penulis panjatkan
kehadirat Allah swt karena atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Konsep Dasar Membaca” tepat pada waktunya.
Makalah
ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah membaca
dijurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pasundan Bandung.
Dalam
menyelesaikan makalah ini alhamdulillah penulis tidak menemukan hambatan yang
berarti karena dalam proses
penyusunannya dikerjakan secara berkelompok sehingga sangat membantu
dalam setiap menghadapi permasalahan.
Tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
menfasilitasi bahan pendukung dalam penyusunan makalah ini.
Semoga
makalah ini ada manfaatnya khususnya bagi penulis,umumnya bagi pembaca. Kritik
dan saran sangat penulis nantikan demi perbaikan penyusunan makalah dalam masa
mendatang.
Bandung, Oktober 2010
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.………………………………………………. i
DAFTAR ISI .…………………………….……………...…………. ii
BAB PENDAHULUAN .…………………………………............. 1
1.1
Latar
Belakang Masalah.…………………………..….......... 1
1.2
Rumusan
Masalah....………………………………..………. 1
1.3
Manfaat…………….………………………………..………. 1
1.4
Tujuaan……………..………………………………..………. 1
BAB II PEMBAHASAN….………………………………….......... 2
BAB III PENUTUP………..……………………………………….. 22
3.1
Kesimpulan
………...……………………………………….. 22
3.2
Saran………………...………………………………………. 22
DAFTAR PUSTAKA……….………………………………….. 23
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa buku adalah gudang ilmu,
tentunya kita dapat menggali gudang ilmu dengan cara membaca. Bahkan di dalam
keyakinan ajaran agama Islam, Allah menyampaikan ayat pertama kepada nabi
Muhammad saw yaitu berisi suruhan untuk membaca. Hal ini menunjukan bahwa
membaca merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang
harus menjadi sebagai sebuah kebiasaan.
Dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia yang dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai
jenjang tingkat atas ada 4 keterampilan
yang harus dikuasai siswa , yaitu keterampilan menyimak, menulis, mendengar dan
membaca
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini penulis hanya akan memaparkan
mengenai konsep dasar membaca yang meliputi:
1)
Bagaimana batasan pengertian membaca?
2)
Apa tujuan membaca?
3)
Apa saja aspek-aspek membaca?
4)
Bagaimana tahap-tahap pengembangan
membaca?
1.3 Manfaat
Makalah ini memaparkan tentang konsep dasar
membaca, yang diharapkan akan bermanfaat
bagi penulis sebagai calon pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
tentunya harus menguasai materi membaca tersebut dan juga bagi para pembaca
umumnya.
1.4
Tujuan
Pembuatan makalah ini mempunyai
beberapa tujuan, diantaranya:
1)
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Membaca;
2) sebagai bahan presentasi kelompok dalam mata kuliah Membaca;
3) agar penulis khususnya dan para pembaca
umumnya dapat memahami dan menguasai mengenai teori membaca.
BAB II PEMBAHASAN
Membaca
Membaca
adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Berikut ini akan di
jelaskan apa sebenarnya pengertian istilah membaca, tujuan yang terkandung dalam kegiatan
membaca, beserta jenis-jenisnya.
Pengertian Batasan Membaca
Membaca
adalah suatu proses yang di lakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
/ bahasa tulis.
Dari
segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan
sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian.
Istilah-istilah
linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah
dimengerti kalau kita dapat memahami bahasa adalah sandi yang direncanakan
untuk membawa / mengandung makna. Membaca pun dapat pula diartikan sebagai
suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri
dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang
terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Bahkan ada pula
beberapa penulis yang seolah-olah beranggapan bahwa “ membaca” adalah suatu
kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik ( phonics= suatuu metode pengajaran membaca,
ucapan, ejaan berdasarkan iterprestasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi /
menuju membaca lisan. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk
memahami yang tersirat dalam yang tersurat , melihat pikiran yang terkandung
dalam kata-kata yang tertulis.
Membaca
adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Menyimak dan berbicara
haruslah selalu mendahului kegiatan membaca. Membaca lebih cepat kalau kita
tahu bagaimana cara mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan
kalau kita tidak tertegun-tegun melakukannya. Maka sangat penting sekali
diingat agar setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi,
atau jeda haruslah di jelaskan sebelum para pelajar di suruh membaca dalam hati
ataupun membaca lisan, “membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran
tulisannya”.
Definisi
Membaca
Banyak orang tidak suka akan definisi. Mereka,
mungkin, beranggapan bahwa definisi itu menghambat. Definisi merupakan pembatas
kebebasan berpikir karena segala sesuatau harus ada dalam definisi. Walau
demikian, banyak pula orang memrlukan definisi karena dengan definisi segala
sesuatu bias menjadi jelas dan orang bias bebas bergerak.
Di dalam subseksi A Modern Definition of Reading. Hafner (1974) menulis .. In his book The Art of Loving. Erich
Fromm explains that there are different kinds of love and that these different
kind of love can be defined in a number of ways. The theory of love affects the
practice of love: one’s definition of love affect his general attitude toward
love, the way he loves, and what purpose he loves.
Dijelaskan betapa pentingnya definisi itu.
Cinta pun bermacam-macam, dan cinta yang bermacam-macam itu dapat didefinisikan
secara berbeda-beda pula. Teori tentangcinta berpengaruh terhadap praktik
cinta. Definisi cinta berpengaruh terhadap sikapumum twentang cint, cara
bercinta, terhadap siapa dia mencintai, dan untuk apa dia bercinta itu.
Definisi seseorang tentang proses membaca
mempengaruhi sikapnya membaca: cara dia membaca, apa yang hendak dibaca, dan
untuk tujuan apa dia membaca.
Kebanyakan ahli beranggapan bahwa membaca itu
merupakan suatu proses yang kompleks yang meliputi pemahaman makna,
interpretasi makna, reaksi pebaca, serta penerapannya terhadap kehidupan.
Selanjutnya, dikatakan bahwa membaca itu merupakan proses yang aktif yang meminta
setiap orang mengerti akan makna, dan membawa setiap idenya ke halaman yang
bercetakan. Dengan demikian, setiap lambang akan memberi makna secara cepat
sesuai dengan pola penulisan dan pengalaman serta inteligensi dan kebiasaan
pebaca.
Jadi, jelaslah bagi kita definisi itu perlu.
Dengan definisi itu, arti membaca ada dalam suatu batasan tertentuyang pasti
maknanya. Arti membaca yang lain tidak menjadi perhatian dalam penulisan yang
sedang dihadapi. Bahwa dalam kegiatan, harus ada wacana tertulis yang sibaca.
Tulisan merupakan hasil pekerjaan yang tidak terpisahkan dari kegiatan membaca.
Baik membaca maupun menulis merupakan kegiatan
komunikatif yang harus jelas definisinya.
Membaca merupakan perkara yang sangat perlu.
Tiada seorang cendikiawan pun sanggup menyanggah pernyataan tersebut. Farr
(1984), seorang pakar pendidikan menyatakan …reading is the heart of education yang berarti membaca adalah
jantung pendidikan. Kalau mau terdidik, orang harus membaca. Tidak ada orang
terdidik tanpa membaca.
Komponen membaca ada dua yang sangat penting
ialah proses dan produk. Membaca merupakan suati proses yang tidak sukar untuk
dipahami. Burns. Roe, & Ross (1988)
menjelskan delapan macam proses membaca, sedangkan Otto, Chester, McNeil,&
Myers menerangkan adanya lima membaca. Arti kata ‘proses’ di dalam kamus
membaca a dictionary of Reading and Related Terms, ialah a specific, continuous
action, operation, or change as the reading process (Harris. Hodges: 1981).
Membaca merupakan suatu produk. Kalau kegiatan
membaca tidak memberikan suatu produk, maka kegiatan itu tidak lebih dari
melihat-lihat huruf yang tidak bermakna. Supaya terpahami, bacaan itu harus
ditulis dengan bahasa yang dimengerti oleh pebaca. Bahasa yang diketahui
artinya oleh pebaca pemula ialah bahasa ibu, oleh karena itu bahan bacaan yang
baik ditulis dalam bahasa ibu pebaca.
1.Berbagai
Definisi Pembaca
(Ahmad slamet dan Vismaia 2003:1-33)
Upaya untuk membuat definisi membaca itu sudah
banyak pula macamnya. Ada dua perkara yang sebaiknya dipenuhi oleh suatu
definisi, pertama, yaitu definisi yang berupa pertanyaan dari suatu kategori
dalam konsep tertentu, dan kedua ialah definisi yang berupa pertanyaan dari
satu atau lebih karakteristik suatu konsep yangb membedakan konsep itu dari
konsep yang lain.
Membaca ialah memberi makna terhadap bahan
tulis. Kegiatan yang paling mendasar dari proses membaca ialah membuat
pengertian. Maksudnya ialah memperoleh dan menciptakan gagasan, informasi,
serta imaji mental dari segala sesuatu yang dicetak.
Memberi makna itu sering disebut ‘memahami’.
Supaya dapat memahami, kita harus menjalani berbagai proses yang sering sekali
berlangsung secara simultan.
Membaca tidak hanya berarti dapat menyebuti
hal-hal tercetak, tetapi juga harus mampu memahami bahasa dalam segala
bentuknya.
Kegiatan membaca tidak dapat tergantikan
secara menyeluruh oleh media komunikasi dalam masyarakat kita. Ini menyebabkan
semua bahan cetakan, seperti buku, majalah, surat kabar, makalah, harus diubah
menjadi bentuk media yang lain, padahal kegiatan membaca dalam masyarakat
memiliki fungsi yang sangat penting. Keadaan seperti itu akan dapat kita terima
jika informasi baru tidak boleh direkam bentuk tercetak.
Membaca itu adalah satu-satunya alat
komunikasi yang memungkinkan penerima berita itu dalam keadaan komunikatif
sepenuhnya. Komunikasi itu dapat bermula dan berakhir berdasarkan keinginan
pembaca.
Membaca merupakan istilah yang merujuk pada
interaksi yang terlihat dari adanya kegiatan megekode makna ke dalam rangsangan
yang tampak yang dilakukan oleh pengarang menjadi makna dalam ingatan pebaca.
Interaksi itu selamanya meliputi tiga unsure : 1.materi yang dibaca, 2.
pengetahuan yang dimiliki pebaca, dan 3. aktivitas psikologi dan intelektual.
Membaca berkuaivalen dengan proses mendengar
ke percakapan seseorang dan dengan rekontuksi ide dari berbagai pola bunyi.
Belajar membaca berkembang dari belajar dan memahami bahasa. Membaca dengan
baik merupakan penerapan strategi berpikir yang ada ke ide-ide tertulis.
Penggunaan proses belajar kognitif merupakan bagian-bagian yang integral pada
setiap program untuk mengembangkan proses membaca.
Segala sesuatu yang tersusun menjadi proses
membaca berpengaruh terhadap program pengajaran. Pengajaran membaca dan membaca
haruslah dipisahkan secara konseptual. Pertanyaan pengajaran membaca yang
seyogianya disampaikan guru bukanlah ‘Bagaimana saya dapat mengarjakan
membaca?’ melainkan ‘Bagaimana saya dengan sabaik-baiknya meningkatkan
pembelajaran membaca?’15
Anak yang mempunyai masalah membaca tidak
dapat diharapkan maju dalam kemampuan membacanya jika pengajaran membaca yang
diberikan kepadanya tidak cukup baik.
Membaca rekreatif merupakan tujuan lain yang
hendak dicapai dalam kemampuan membaca. Rupley, Blair, dan Heilman (1986) tidak
membuat definisi membaca yang jelas mengenai membaca. Mereka berkata Meski demikian, mereka membuat pertanyaan
sebagai berikut.
1.
membaca itu berinteraksi dengan bahasa yang
telah dikode ke dalam cetakan.
2.
membaca itu merupakan proses yang aktif
langsung dipengaruhi oleh interaksi individual dengan lingkungannya.
3.
kemampuan membaca itu sangat dekat hubungannya
denhgan kemampuan berbahasa lisan.
4.
hasil interaksi dengan bahasa yang tercetak
haruslah pemahaman.
Meski tidak membuat definisi yang jelas, dua
pernyataan mereka sangat penting. Kedua pernyataan mereka itu ialah ‘dekoding’
dan ‘sampainya mereka pada makna’. Makna yang diperoleh dari kegiatan membaca
mempunyai hubungan dengan pengalaman. Interaksi dengan lingkungan yang dialami
pebaca memperluas latar belakang dan dengan meningkatkan kemampuan pemahamannya
meningkat.
Berdasarkan tradisi, membaca itu dapat
dilukiskan sebagai deretan kompetensi atau keterampilan yang harus dikuasai.
Dalam ejaan Indonesia, dapat diasumsikan bahwa bagian trkecil dari membaca
ialah huruf abjad yang diasosiasikan dengan bunyi.
Membaca itu merupakan interaksi yang simultan
dari berbagai informasi. Membaca merupakan aktivitas pemberian dan penerimaan
berita. Membaca bukanlah kegiatan yang hanya dilakukan di sekolah serta
bersifat mana suku dan merupakan proses misterius.
Definisi membaca seperti ini sengat khas, yang
berkembang di sekitar tahun 60-an dan 70-an. Pada awal tahun 70-an definisi
membaca bergerak kea rah operasionalisme.
Pembaca yang efektif adalah pebaca yang bisa
membuat parafrasa yang baik,membuat ringkasan yang singkat, mengambil
kesimpulan dengan baik, megemukakan logi-ka secara luas, megidentifikasi
hubungan sebab akibat.
Membaca merupakan proses, membaca itu bersifat
strategis, membaca itu bersifat interaktif, dan pengajaran membaca menghendaki
suatu teknik.
Pebaca yang efektif menggunakan strategi
membaca yang cocok dengan teks dan dengan konteks hingga terjadilah makna
ketika membaca.. strategi ini bermacam-macam bergantung pada tipe teks, tujuan
membaca, dan sebagainya. Salah satu aspek yang penting dari semua strategi
membaca ialah kemampuan memantau proses membaca. Semua pebaca yang efektif
memikirkan pemikirannya sendiri yang lazim disebut metacognition.Selain sebagai
proses,membaca pun merupakan strategi.Reading
Is Strategic,kata mereka.Pembaca yang efektif menggunakan strategi membaca
yang cocok dengan teks dan dengan konteks hingga terjadilah makna ketika
membaca.Strategi ini bermacam-macam bergantung pada tipe teks,tujuan membaca,
dan sebagainya.Salah satu aspek yang penting dari semua strategi dari semua
strategi membaca ialah kemampuan memantau proses membaca.Semua pembaca yang
efektif memikirkan pemikirannya sendiri yang lazim disebut Metacognition.
Selain itu mereka juga berpendapat Reading Is
Interactif.Pembaca harus merasa nyaman, dan harus membaca teks yang dirasakan
berguna baginya, yang memberinya tujuan tertentu.
2.Definisi
Pengajaran Membaca
Anderson,Hiebert,Scott, & Wilkinson (1985)
berpendapat bahwa Reading Intruction
Requires Orchestration.Bagi mereka, membaca bagaikan orkes.Pengajaran
membaca yang efektif itu akan secara langsung menolong pembaca melakukan
hal-hal,Seperti yang berikut:
1.
Pembelajar
akan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan kemampuan yang ada pada proses membaca
2.
Pembelajar
akan mengembangkan keterampilan untuk memproses struktur bahasa dan untuk
memperoleh arti bahasa yang digunakan dalam teks
3.
Pembelajar akan menghaluskan proses mental dan
strategi yang digunakan dalam proses membaca.
3.Definisi
membaca dan implikasi pembelajarannya
Setiap definisi membaca ada implikasinya.Kita
dapat memperkirakan bahwa anak yang belajar Jennings mungkin berjalan-jalan di
hutan, menemukan alam yang sedang bekerja,dan berbicara tentang
pengalamannya.Lain halnya kelas yang dipimpin oleh Flesh dan Fries.Kelas mereka
akan penuh dengan bahan fonik.Kelas goodman mungkin terlibat dalam kegiatan
membaca dulu dalam bahasa pebelajar.Seperti Goodman juga mungkin mengalami
kejadian itu secara bersama-sama.
Membaca
sebagai interpretasi pengalaman
(Definisi Membaca Golongan Pertama)
Frenk Jennings(1965)
Membaca bermula dari rasa kagum terhadap alam
sekitar.Awalnya berupa pengenalan terhadap berbagai kejadian yang datang
berulang-ulang seperti halilintar yang menggelegar, kilat yang menyilaukan,dan
hujan lebat yang membasahi bumi.Awal membaca ialah perkenalan dengan musim dan
pertumbuhan berbagai benda hidup.
Membaca
sebagai interprasi lambing grafis
(definisi membaca golongan kedua)
Rudolf Flesh(1955)
Membaca berarti memperoleh makna dari untaian
huruf tertentu.
Charles Fries(1962)
Belajar membaca itu,oleh karenanya.berarti
mengembangkan respons yang sudah menjadi kebiasaan,serta yang banyak jumlahnya
itu,terdapat bentuk-bentuk grafis yang mempunyai pola yang khas.
Membaca
sebagai kombinasi definisi 1 dan 2
(Definisi Membaca Golongan Ketiga)
Ernest Horn(1937)
Membaca itu meliputi semua proses yang
terlibat dalam pendekatan,penyempurnaan,dan pemeliharaan makna melalui
pemakaian lembaran tercetak.
David Russell(1960)
Membaca itu merupakan kegiatan yang rumit dan
kompleks.
Miles Tinker & Constance Mc Cullough(1962)
Membaca meliputi pengenalan lambang yang
tertulis atau tercetak yang berperan sebagai perangsang terhadap pengingatan
kembali makna yang disusun melalui pengalamn yang lalu.dan penyusunan makna
baru melalui manipulasi konsep yang telah dimiliki oleh pebaca.
Carroll (1978) mencatat bahwa banyak sekali
definisi yang sarat makna yang dibuat oleh para ahli. Definisi itu merupakan
pernyataan hipotetis tentang yang dimaksud dengan membaca. Maksudnya tentang
membaca itu tidak netral tetapi pasti. Oleh karena itu, pebaca harus sadar
dalam memahami makna definisi tersebut.
Definisi
membaca sebagai suatu proses
Plato berpendapat bahwa membaca itu merupakan
suatu kegiatan membedakan huruf dengan mata dan telinga agar tidak dibingungkan
oleh posisinya nanti jika tampak dalam bentuk tulisan atau terdengar dalam
bentuk lisan.
Flesch (1955) berkata agar setiap huruf itu
diajarkan kepada anak supaya anak dapat membaca.
Korzybski 91941) berpendapat bahwa itu
merupakan rekonstruksi kejadian di belakang lambangnya.
Goodman (1968) memandang membaca sebagai
interaksi antara pebaca dan bahasa yang tertulisdan pebaca mencoba
merekonstruksi berita dan penulis.
Gephart (1970) membaca itu merupakan interaksi
makna yang dienkode dalam stimuli yang visual menjadi makna dalam pikiran
pebaca. Interaksi itu selalu meliputi tiga segi: 1.materi yang akan dibaca;
2.pengetahuan yang dimiliki oleh pebaca; dan 3.kegiatan psikologis dan
intelektual.
Richards (1935) memparafrasekan membaca yang
baik itu tidak hanya meliputi pengertian literal tetapi juga perasaan, maksud,
dan sikap terhadap subjeknya, pebacanya , dan terhadap dirinya sendiri.
Farnham (1905) membaca itu pertama-tama
terdiri atas perolehan pikiran pengarang dari bahasa yang tertulis atau
tercetak; kedua ialah pemberian ekspresi lisan
terhadap pikiran tersebut dalam bahasa
pengarang sehingga pikiran yang sama dapat disampaikan kepada pendengar.
4.Definisi
literasi
Literasi itu berarti proses membaca dan
menulis.Sejak tahun 1970-an telah dikembangkan definisi literasi.Sekarang
literasi meliputi kemapanan:
1.membaca kata-kata yang tercetak;
2.berbicara dengan jelas,ringkas,dan meyakinkan;
3.menulis dengan mudah dan menyenangkan
4.menyampaikan ide-ide yang esensial melalui
kata-kata tertulis
5.memahami pesan lisan,mengikuti tuturan yang
telah ditetapkan dan makna yang dinyatakan tidak secara langsung yang
dicerminkan dalam pilihan kata.struktur kalimat,serta pola tekanan dan pola
jungtur ujaran;
6.menemukan kepuasan,tujuan dan perolehan
melalui berbagai kegiatan literasi.
Dalam membaca, sedikitnya ada enam kata yang
harus dikenal ialah,’literasi’,’iliterasi’,’aliterasi’,’literat’,’iliterat’,dan
‘aliterat’.literasi ialah kemampuan membaca.yang kedua,iliterasi,berarti
ketidakmampuan membaca.Kata yang ketiga,aliterasi,berarti kekurangan sikap
membaca.Kata keempat literat,adalah bentuk adjektiva yang berarti dapat menulis
dan membaca dalam suatu bahasa.Kata kelima iliterat adalah bentuk adjektiva
yang berarti tidak bisa membaca.Kata terakhir,ialah aliterat merupakan bentuk
adjektiva kata aliterasi
Sumber lain
menyebutkan, Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa.
Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang
didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Membaca dapat menjadi
sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat
menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita
sendiri. Banyak pendidik membaca telah lama percaya terhadap metodologi untuk
mengembangkan kemampuan membaca membaca, menulis. Mewicara, dan mendengar itu
dalam suatu konser. Namun, saying dalam dasawarsa yang telah lalu, tidak banyak
yang mendukung literasi yang terintegrasi dan pendekatannya yang luas. Selama
bertahun-tahun paradigma operasional yang dominan mendekati pengajaran membaca
itu sebagai perangkat keterampilan yang diskret. Sekarang kegiatan membaca
tidak lagi tampak sebagai suatu body of
skills dan proses yang berbeda dari ranah literasi yang lain. Yang dahulu
merupakan pandangan minoritas sekarang menjadi mayoritas. Pengenalan yang lebih
luas mengenai keterkaitan keterampilan bahasa tidak menghalangi pola pengajaran
yang mengenai keterampilan dan proses membaca.
Kita mengenal
‘literasi kultural’ dan ‘literasi bahasa.’ Sejak pertengahan tahun 1970-an,
definisi literasi itu terus meluas.
Seseorang yang ‘literat’ tidak hanya memiliki dan menggunakan keterampilan
membaca, menulis, berbicara dan berpikir, tetapi juga berpartisipasi dalam
budaya negeri itu dan melebur dalam semua proses dan bentuk, tujuan, dan
penggunaan bahasa.
Definisi literasi yang lebih luas
ini, telah diterjemahkan dalam berbagai pendekatan mengajarkan membaca.
Sekarang, litersi penuh mengharapkan baik keterampilan perkembangan maupun
penggunaan secara efektif keterampilan itu dalam kehidupan sehari-hari. Orang
yang literat tidak hanya meguasai keterampilan dan proses penguasaan bahasa dan
pemakaiannya. Orang-orang yang literat juga dapat dan bisa menggunakan
kemampuan untuk memperoleh dan menyatukan struktur pengetahuan tentang dunia
dalam kehidupan sehari-hari. Orang literat dapat memberikan andil pengetahuan
budayanya. Berarti bahwa orang yang benar-benar literat menyadari orang-orang
serta kejadian yang membangun kualitas hidup kita berdasarkan jalan-jalan yang
jelas. Orang-orang literat memproses pengetahuan yang diandalkan itu melalui
bahasa. kita sering tidak mampu membedakan reaksi kemampuan perorangan menggunakan
bahasa itu seefektif-efektifnya.
Riset dalam psikologi
perkembangan yang mutahir secra ironis menunjukan bahwa ketika masuk sekolah
kebanyakan anak telah menguasai kosakata secara luas dan mampu mengekspresikan
dirinya dengan menggunakan pola kalimat yang mereka gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Kita sebagai guru dituntut mampu mengetahui secara jelas seorang
anak benar-benar literat.
Kemampuan menggunakan bentuk
bahasa lisan merupakan dasar bagi kegiatan membaca. Bahasa lisan membentuk
perkembangan kemampuan membaca, yang membuat bahasa lisan sangat penting bagi
guru membaca. Dengan demikian, akar kegiatan membaca ialah bahasa lisan. Perkembanagan dan pemeliharaan
literasi ditekankan melalui membaca dan membaca merupakan komponen kunci untuk
setiap definisi literasi.
Orang yang literat harus dapat
menulis dengan mudah. Kemampuan berkomunikasi melalui tulisan merupakan
kebutuhan masyarakat masa kontemporer. Hubungan yang jelas antara menulis dan
membaca telah dinyatakan oleh sejumlah orang yang berwewenang seperti Klien
(1985), Loban (1976), Mosenthal, tamor,& Walmsley (1983). Pebelajar yang
menulis dengan baik cenderung merupakan penulis yang baik.
Guru perlu mengetahui
bahwa banyak pengetahuan dan banyak keterampilan yang diperlukan oleh literasi
bergantung pada pengalaman dan ada di luar lingkungan sekolah dan jauh di luar
jangkauan guru.
Anak mempunyai
kesempatan banyak untuk literasi dibandingkan dengan anak yang berasal dari
keluarga yang tidak bersejarah dan tidak tergabung dalam pengalaman tentang
literasi. Bagi guru, semua perbedaan pebelajar itu merupakan rangsangan.
Perhatian selalu tumbuh untuk
mengembangkan literasi pada tingkat nasional dan internasional (Carroll &
Chall 1977; Downing 1978). Pada tahapan yang awal sekali, berdasarkan sejarah,
literasi itu dihidupkan dalam masyarakat untuk keperluan pengajaran membaca
kitab suci. Literasi tingkat rendah dilakukan pada rakyat kecil dan literasi
tingkat tinggi untuk masyarakat tinggi. Upaya masa kini, mengembangkan literasi
untuk seluruh masyarakat umum, merupakan temuan baru seperti yang dicontohkan
oleh masyarakat yang telah maju seperti Amerika Serikat (Allen 1970).
Manfaat
membaca
Membaca menghilangkan kecemasan dan
kegundahan.
1.
Ketika sibuk membaca, seseorang
terhalang masuk ke dalam kebodohan.
2.
Kebiasaan membaca membuat orang
terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau
bekerja.
3.
Dengan sering membaca, orang bisa
mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.
4.
Membaca membantu mengembangkan
pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
5.
Membaca meningkatkan pengetahuan
seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
6.
Dengan membaca, orang mengambil
manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana dan pemahaman para
sarjana.
7.
Dengan sering membaca, orang
mengembangkan kemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan
maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup.
8.
Membaca membantu seseorang untuk
menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak
sia-sia.
9.
Dengan sering membaca, orang bisa
menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih
lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk
memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang
tersirat).
Tujuan Membaca
Tujuan
utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup
isi, memahami makna bacaan.
Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan
Setiap
guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah
suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencangkup atau melibatkan
serangkaian keterampilan-keterampilan
yang lebih kecil.
Dengan
perkataan lain, keteranpilan membaca mencangkup tiga komponen, yaitu:
a.
Pengenalan
terhadap aksara tanda-tanda baca;
b.
Korelasi
aksara beserta tansa-tanda baca dengan unsur-unsur linguistic yang formal;
c.
Hubungan
lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.
Keterampilan
A merupakan suatu kemampuam untuk mengenal bentuk-bentuk yang di sesuaikan
dengan mode yang berupa gambar, lengkungan-lengkungan, garis-garis dan
titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi.
Keterampilan
B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas
kertas-yaitu ganbar-gambar pola dengan bahasa. Tidak mungkin belajar membaca
tanpa kemampuan belajar memproleh serta memahami bahasa. Hubungan-hubungan itu
jelas sekali terlihat terjadi antara unsure-unsur dari pola-pola tersebut.
Unsur-unsur itu dapat merupakan
kelompok-kelompok bunyi kompleks yang dapat di sebut sebagai “ kata “ atau “ frase” atau “ kalimat “,
bahkan “ paragraph “, “ bab “, maupun
“ buku” atau dapat pula berupa unsur yang paling dasar, yaitu bunyi-bunyi
tunggal yang di sebut “fonem”.
Aspek-aspek membaca
Secara
garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu:
I.Keterampilan
yang bersifat ( mechanical skills )
yang dapat di anggap berada pada urutan yang lebih rendah ( lower order ). Aspek ini mecangkup :
A.pengenalan
bentuk huruf.
B.
pengenalan unsur-unsur linguistic ( fonem/grafem,kata,frase,pola
klause,kalimat,dan lain-lain.
C. pengenalan hubungan/
korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “ to bark at print “ ).
D. kecepatan membaca bertaraf
lambat.
II.
Keterampilan yang bersipat pemahaman ( comperehesion skills ) yang dapat di
anggap berada pada urutan yang lebih tinggi ( higher order). Aspek ini mencangkup :
a.
memahami pengertian sederhana (leksikal,
gramatikal, retorikal).
b.
memahami signifikansi atau makna (a.1. maksud
dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
c.
Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
d.
Kecepatan membaca yang fleksibel , yang mudah
disesuaikan dengan keadaan.
(Brougton [et al] 1978:211)
Untuk mencapai tujuan yang yang terkandung
dalam keterampilan mekanis (mechanical
skills) tersebut maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring,
membaca bersuara (atau reading aloud;
oralreading). Dan untuk keterampilan pemahaman (comprehension skills) maka yang paling tepat adalah denganmembaca
dalam hati (atau silent reading),
yang dapat pula dibagi atas:
a.
membaca ekstensif (extensive reading).
b.
Membaca intensif (intensive reading).
Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup
pula:
i.
membaca survei (survey reading).
ii.
membaca sekilas (skimming reading) dan
iii.membaca dangkal (superficial reading).
Sedangkan membaca intensif dapat pula dibagi
atas:
i.
membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula:
1.
membaca teliti (close reading)
2.
membaca pemahaman (comprehensive reading)
3.
membaca kritis (critical reading)
4.
membaca ide (reading for ideas)
ii.
membaca telaah bahasa (language studyreading), yang mencakup pula:
1.
membaca bahasa asing (foreign language reading).
2.
membaca sastra (literary reading).
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas
mengenai aspek-aspek serta jenis-jenis membaca yang telah disinggung diatas
perhatikanlah skema-skema berikut ini.
SKEMA 1
Aspek-aspek membaca :
1.
Keterampilan mekanis ( urutan lebih rendah )
-
Pengenalan bentuk huruf
-
Pengenalan unsure-unsur linguistil
-
Pengenalan hubungan bunyi dan huruf
-
Kecepatan membaca: Lambat
2.
Keterampilan pemahaman ( urutan lebih tinggi )
-
Pemahaman pengertian sederhana
-
Pemahaman signifikasi/makna
-
Evaluasi/ penilaian isi dan bentuk
-
Kecepatan membaca : Fleksibel
SKEMA 2
Membaca :
1.
Membaca nyaring
2.
Membaca dalam hati :
-
Membaca ekstensif : -
Membaca survey
- Membaca sekilas
- Membaca dangkal
- Membaca intensif :
-
Membaca telaah isi : - Membaca
teliti
-
Membaca pemahaman
-
Membaca kritis
-
Membaca ide-ide
-
Membaca telaah bahasa : - Membaca
bahasa
- Membaca sastra
Mengembangkan
Ketrampilan Membaca
Setiap guru bahasa haruslah dapat membantu
serta membimbing para pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan
yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan ketrampilan membaca itu antara lain:
I.
Guru dapat menolong para pelajar memperkaya
kosa kata mereka dengan jalan:
a.
memperkenalkan sinonim kata-kata, antonym
kata-kata, paraphrase, kata-kata yang berdasar sama
b.
memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan,
sisipan, dan akhiran.
c.
mengira-ngira atau mereka makna kata-kata dari
konteks atau hubungan kalimat.
d.
kalau perlu, menjelaskan arti sesuatu kata
abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau bahasa ibu pelajar.
II.
Guru dapat membantu para pelajar untuk
memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan sebagainya dengan cara-cara yang telah
dikemukakan di atas, disertai latihan seperlunya.
III.
Kalau
perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan,
sindiran, ungkapan,papatah,peribahasa,dan lain-lain dalam bahasa daerah atau
bahasa ibu para pelajar.
IV.
Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman
para pelajar dengan berbagai cara.
V.
Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para
pelajar, dengan cara sebagai berikut:
a.
kalau para pelajar disuruh membaca dalam hati,
ukurlah waktu membaca tersebut.
b.
haruslah diusahakan agar waktu tersebut
bertambah singkat serta efisien secara teratur sepanjang tahun.
c.
haruslah dihindarkan gerakan-gerakan bibir
pada saat membaca dalam hati, hal itu tidak baik dan tidak perlu dilakukan oleh
pelajar.
d.
haruslah dijelaskan tujuan khusu, tujuan
tertentu membaca itu kepada pelajar.
Singkatnya , dalam mengembangkan serta
meningkatkan keterampilan membaca para pelajar maka sang guru mempunyai
tanggung jawab berat, paling sedikit meliputi enam hal utama yaitu:
a.
memperluas pengalaman para pelajar sehingga
mereka akan memahami keadaan dan seluk-beluk kebudayaan.
b.
mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan
makna-makna kata-kata baru.
c.
mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang
atau symbol.
d.
membantu para pelajar memahami
struktur-struktur (termasuk struktur kalimat yang biasanya tidak begitu mudah
bagi npara pelajar bahasa).
e.
mengajarkan keterampilan-keterampilan
pemahaman (comprehension skills)
kepada para pelajar.
f.
membantu para pelajar untuk meningkatkan
kecepatan dalam membaca.
Untuk menjaga agar motivasi atau dorongan
membaca selalu besar, maka pengajaran yang dilakukan oleh sang guru hendaknya
berjalan dalam dua arus sejajar:
Pertama : guru membantu para pelajar membaca
bahan-bahan yang menarik serta bermanfaat secepat mungkin.
Kedua : guru secara sistematis mengajarkan
korespondensi atau hubungan-hubungan bunyi dan lambang yang diperlukan oleh
para pelajar untuk memahami serta mendorong mereka membaca sendiri. Agar
seimbang dan tidak berat sebelah, maka hendaklah lebihbanyak waktu dipergunakan
untuk membaca secara actual bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat kematangan
para pelajar dari pada untuk/ mengenai perkembangan sistematis
korespondensi-korespondensi tersebut. (Finocchiaro and Bonomo 1973 : 121).
Bahwa tugas seorang guru bahasa tidaklah
begitu ringan. Untuk dituntut sejumlah kualifikasi atau kecakapan tertentu.
Dalam khusus bagi guru bahasa (asing) yang
mengajar di sekolah menengah/lanjutan dalam mata pelajaran membaca dituntut
kualifikasi sebagai berikut:
Minimal :
Kemampuan memahami secara langsung (yaitu tanpa terjemahan) makna/isi prosa sederhana yang non-teknis, kecuali
kata yang sulit dan jarang digunakan.
Baik :
Kemampuan membaca dengan pemahaman yang langsung terhadap prosa dan puisi yang
taraf kesukarannya sedang dan isi yang matang.
Baik
sekali : Kemamapuan membaca
hampir semudah dalam bahasa ibu sendiri, bahan-bahan yang amat sulit seperti
esei dan kritik sastra. (Finocchiaro and Bonomo 1973 : 28; Lado 1976 : 231).
Walaupun tuntutan kualifikasi di atas
ditujukan bagi para pengajar bahasa asing, tetapi berlaku juga bagi para guru
bahasa Indonesia, dengan kata lain dapat dipergunakan oleh para guru Bahasa
Indonesia dengan penyesuaian seperlunya.
Tahap-Tahap
Perkembangan Membaca
Tahap-tahap dalam pengajaran dan pelajaran
membaca.
Berikut ini kita kemukakan beberapa tahap yang
dapat diikuti bila perlu dan situasi serta kondisi memungkinkan.
Tahap
I
Para pelajar disuruh membaca bahan yang telah
mereka pelajari megucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkin telah mereka
ingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupa suatu percakapan , suatu nyanyian,
serangkaian kalimat tindakan, suatau cerita sederhanamengenai hal-hal yang
telah di alami. Para pelajar haruslah dibimbing untuk
mengembangkan/meningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis terhadap
gambaran-gambaran huruf yang akan mereka lihat pada halaman cetakan.mereka
haruslah benar-benar serta memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili atau
menggambarka bunyi-bunyi.
Tahap
II
Guru atau kelompok guru bahasa asing pada
sekolah yang bersangkutan menyusun kata-kata serta struktur-struktur yang telah
diketahui tersebut menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam, para
pelajar dibimbing serta dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang
mengandung unsure-unsur yang sudah biasa bagi mereka.
Tahap
III
Para pelajar mulaimembaca bahan yang berisi
sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa bagi mereka.
Beberapa percobaan informal telah menunjukan bahwa para
pelajar
mengalami sedikit bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali menghadapi
sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga pulih kata biasa.
Tahap
IV
Beberapa spesialis dalam bidang membaca
menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau
majalah-majalah sebagai bahan bacaan pada tahap ini. Tetapi sejumlah ahli yang
menolak anjura tersebut, walau demikian masih
terdapat
buku-buku yang telah disederhanakan yang sangat baik, yang dapat dimanfaatkan
oleh para pelajar yang belum begitu mamapu membaca buku-buku aslinya dan yang
tidak akan pernah mampu mencapai taraf itu.
Tahap
V
Bahan bacaan tidak dibatasi.seluruh dunia buku
terbuka bagi para pelajar. Tetapi yang sering dipertanyakan adalah: bilakah
gerangan para pelajar mencapai keterampilan-keterampilan yang dituntut oleh
tahap V ini? Sudah barang tertentu ada beberapa orang yang tidak akan pernah
mencapainya kalau bukan di dalam bahasa ibunya sendiri. Beberapa di antaranya
mungkin mencapai keterampilan-keterampilan tersebut sudah melewati program 6
tahun.
(Finocchiaro and Bonomo 1973 : 123-125).
Pelajaran membaca hendaklah dilaksanakan
secara intensif, yaitu mengarahkan perhatian para pelajar k hampir setiap
struktur tata bahasa,kata atau fakta kebudayaan yang terkandung dalam bahan
bacaan. Setelah kira-kira sebulan lamanya mempraktekkan membaca intensif, maka
guru pun dapat memperkenalkan prosedur membaca ekstensif.
Sang guru dapat melaksanakan membaca secara
intensif itu dalam satu atau dua minggu dan membaca secara ekstensif dalam
minggu lainnya, melaksanakan kedua jenis membaca tersebut dalam satu pelajaran.
Dalam mengajarkan membaca pada tahap III
dantahap IV,sang guru akan melihat berapa perlunya untuk:
1.
membagi bacaan buat hari itu menjadi dua atau
tiga seksi agar dia dapat menyelang-nyeling teknik mengajar.
2.
memberi motivasi terhadap bacaan,dengan jalan
menghubungkan bahan bacaan dengan pengalaman-pengalaman pribadi pelajar, atau
kalau bacaan itu adalah bagian dari suatu cerita yang panjang tersebut dengan
jalan memberikan suatu rangkuma.
3.
menyatakan maksud dan tujuan membaca itu.
4.
menjelaskan sertiap kesukaran dalam bagian
pertama.
5.
membaca paragraf .setelah segala kesukaran
dijelaskan, maka sang guru dapat melakukan beberapa hal.dia dapat mempergunakan
Teknik A atau dapat pula menggunakan Teknik B untuk tiga bagian atau
mempergunakan ABA ataupun BAB.
Teknik
A
Bacalah setiap baris dengan nyaring, dalam
kelompok-kelompok pikiran normal yang logis dan wajar. Ajukan
pertanyaan-pertanyaan sederhana pada setiap baris.
Teknik
B
Bacalah seluruh bagian itu dengan nyaring,
kemudian suruh para pelajar membacanya di dalam hati. Setelah para pelajar
selesai membacanya, ajukan beberapa pertanyaan atau suruh mereka
menyelesaikan/menyempurnakan kalimat-kalimat yang telah ditulis di papan tulis
atau suruh mereka membuat sebuah rangkuman.
6.menghasilkan sebuah rangkuman yang lengkap
dari bacaan pada hari itu.
7.melibatkan seluruh kelas dalam
kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan.
8.memberi tugas membaca paragraf di rumah
sebagai bahan studi mereka.
(Finocchiaro and Bonomo 1973 : 125-127)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Membaca
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan.Tidak hanya di
lingkungan pendidikan tetapi juga di masyarakat luas,karena dengan membaca bisa
pintar. Orang bisa membuka cakrawala sehingga menambah wawasan dalam hidupnya.
3.2 Saran
Sebagai
bahan referensi dan materi membaca,perlu ditunjang buku-buku sumber yang baru dan
lebih banyak sehingga penulis tidak kesulitan dalam mencari buku-buku yang
dianjurkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan,Henry Guntur.1978.Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Harajusana,Ahmad Slamet & vismaia.Membaca dalam Teori dan Praktek.Bandung:Mutiara
http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/19/manfaat-membaca/